Denpasar-Tidak ada yang salah dengan menabung uang di bank. Namun hal itu semata demi keamanan dan tak layak lagi disebut sebagai investasi. Maklum jumlah keuntungan yang didapat dari bunga bank tidak mampu mengejar laju inflasi dan harga-harga kebutuhan hidup. Hal itu ditegaskan Andre Haryono Gani, seorang pengusaha dan praktisi investasi dalam seminar dan workshop bertema The Power of Money Management yang diselenggarakan oleh UKM Unit Usaha mahasiswa (U2M) Senat Mahasiswa STIKOM Bali, aula kampus tersebut, Sabtu (30/04/2016).
Menurut Andre Hartono Gani, dewasa ini banyak pilihan investasi dengan tingkat resiko tertentu sehingga perlu dipahami secara benar oleh para mahasiswa. “Ada investasi yang menawarkan tingkat keuntungan keci tapi dengan resiko kerugian sangat kecil, ada yang menawarkan tingkat keuntungan sedang dengan resiko kerugian sedang pula, tetapi ada yang menawarkan tingkat keuntungan sangat besar dengan resiko kehilangan uang juga sangat besar. Nah yang terakhir ini lebih bersifat money game (permainan uang). Hal-hal seperti ini harus dipahami seseorang sebelum berinvestasi. Jangan mudah tergiur dengan keuntungan besar tetapi resiko kehilangan uang juga sangat besar,” tegas Andre Hartono Gani. Andre menyebut, resiko berinvestasi paling kecil adalah dengan menabung, katakanlah deposito namun hasil yang diperoleh (bunga deposito) sangat kecil. Bahkan laju inflasi kadang melampau bunga depsoto tersebut. Karennya menabung di bank bukanlah disebut berinvestasi melainkan hanya menyimpan uang demi keamanan semata. Tetapi ada jenis investasi lain yang hasilnya di atas deposito adalah investasi obligasi, investasi reksa dana dan investasi saham. “Menabung saham dan reksa dana sebaiknya dalam jangka panjang karena pertumbuhan pasar saham siginifikan dalam jangka panjang, meski dalam jangka pendek ada fluktuasi,” terang Andre sambil memperlihatkan visualisasi pergerakan harga berbagai jenis investasi guna meyakinkan mahasiswa.
Dia mencotohkan, harga saham bank BRI –salah satu big caps atau perusahaan top di pasar saham-pada tahun 2007 hanya Rp 1.717/lembar, tetapi pada tahun 2013 naik fenomenal menjadi Rp 13.450/lembar. Pada tahun 2007 – 2013 tingkat bunga deposito sekitar 7,5 %. “Artinya dalam jangka waktu 7 tahun saham BRI naik fenomenal sebesar 638%. Bandingkan dengan bunga deposito selama 7 tahun yang hanya 52,5%,” tegasnya, membuat ratusan mahasiswa peserta seminar dan workshop ini tercengang. Ketua UKM U2M I Made Neka Artajaya mengatakan, seminar ini tak hanya diikuti oleh mahasiswa STIKOM Bali tetapi juga oleh mahasiswa dari kampus lain di Bali. Seperti dari Politeknik Negeri Bali, Universitas Warmadewa, dan Universitas Mahasaraswati. “Total peserta sekitar 200 orang, dengan biaya Rp 35.000 per peserta,” kata Neka-akrab dipanggil begitu. Seminar ini juga dihadiri oleh perwakilan dari Pembantu Ketua II STIKOM Bali dan perwakilan dari Balma STIKOM Bali. (*)