Disaksikan manajemen dan pejabat structural, Prof. Bandem memotong tumpeng HUT XV STIKOM Bali. foto/rahman
Denpasar-Memasuki usia 15 tahun pada10 Agustus 2017, STIKOM Bali bakal mendapat kado istimewa dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Jakarta. Sebab dipastikan bulan september ini STIKOM Bali akan naik kelas dari sekolah tinggi menjadi institut. “Kami mendapat kepastian, bulan september nanti keluar izinnya. Nanti namanya menjadi Institut Teknologi dan Bisnis STIKOM Bali atau disingkat ITB STIKOM Bali,” kata Prof. Dr. I Made Bandem, MA., Pembinan Yayasan Widya Dharma Shanti-yayasan yang menanungi STIKOM Bali-di sela-sela Dies Natalis XV STIKOM Bali di Sanur, Kamis (10/08) malam.
Menurut Prof. Bandem, dengan menjadi Institut Teknologi dan Bisnis, nantinya STIKOM Bali tidak hanya menerima mahasiswa bidang IT tetapi juga mahasiswa ekonomi dan bisnis.
‘’Kalau khusus bidang IT rata-rata kami menerima 1.300 mahasiswa baru, maka setelah menjadi institut diharapakan jumlah mahasiswanya lebih banyak karena ada fakultas ekonomi dan bisnis,” terang Bandem.
Prof. Bandem memaparkan, sejak berdiri pada 10 Agustus 2002, STIKOM Bali telah mendapat kepercayaan masyarakat, tidak hanya di Bali, dan nasional bahkan dunia internasional. Ini karena STIKOM Bali selalu menjadi terdepan dalam menghasilkan karya-karya yang bermanfaat untuk kemajuan masyarakat dan para mahasiswa maupun dosen selalu menunjukkan prestasi di tingkat nasional.
“Salah satu prestasi spektakuler adalah STIKOM Bali menjadi mitra strategis Dr. Edward Herbs dari The Research Foundation of the City University of New York (CUNY) dan The Andrew A. Mellon Foundation untuk Bali 1928. Yakni, proyek pembuatan ulang film Bali kuno bertajuk Restoration, Dissemination and Repatriation of the Earliest Music Recording And Films in Bali,” papar Bandem
Sementara itu Ketua STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan menambahkan, proses perubahan dari sekolah tinggi menjadi institut sudah diajukan 2 tahun lalu dan sudah dua kali dilakukan revisi sehingga tinggal menunggu keluar izinnya.
“Kita sudah usulkan ke Dirjen Dikti dan sudah tahap revisi kedua. Berbagai persyaratan sudah terpenuhi, hanya tinggal menunggu waktu. Bila tak ada halangan diharapkan september ini sudah keluar. Pak Prof. Made Bandem sudah menjajaki hal itu ke pusat untuk mempercepat prosesnya,” beber Dadang Hermawan.
Menurut Dadang Hermawan, perubahan menjadi institut sangat penting terutama dalam konteks menjalin kerja sama dengan pihak luar negeri. Sebab pegruan tinggi di luar negeri tidak mengenal istilah sekolah tinggi.
Setelah menjadi institut, pihaknya akan meningkakan akreditasi STIKOM Bali dari akreditasi B saat ini bisa menjadi A. “Sebelumnya memang kami yang memimpin dengan akreditasi B. Tapi kami harus meningkat lagi agar bisa A,” tambah Dadang.
Dadang kemudian menceritakan keberadaan STIKOM Bali saat mulai dirintis pada tahun 2000. Dikatakan, saat itu, tamatan SMA di Bali yang ingin mencari gelar bidang IT selalu ke Jawa seperti Surabaya, Malang, Jogajakrat, Bandung dan Jakarta. Sebab, saat itu, perguruan tinggi IT di Bali jenjangnya baru sampaii D3, belum ada S1. “Tahun 2001 kami ajukan proposal ke Dirjen Dikti dan disetujui pendirian STIKOM Bali, keluar izinnya pada 10 Agustus 2002,” jelasnya.
STIKOM Bali pada awal berdiri hanya mendapat 40 mahasiswa. Setahun kemudian meningkat menjadi 200 mahasiswa, lalu naik jadi 370 mahasiswa, terus meningkat menjadi 500 mahasiswa dan sejak di pandah di Renon rat-rata 1.300 mahasiswa. Tahun 2017 jumlah mahassiwa sebanyak 5.500 dan 1.130 calon mahasiswa baru yang sudah lulus test dan sudah melakukan registrasi ulang. STIKOM Bali sudah menghasilkan lulusan sebanyak 4.624 orang. Terdiri dari Sarjana Komputer 3.996 orang dan Ahli Madya Komputer sebanyak 627 orang yang kini tersebar di seluruh Indonesia hingga mancanegera.
Soal beasiswa, Dadang Hemawan mengatakan, selain bersumber dari pemerintah, STIKOM Bali juga mengucurkan beasiswa yang bersumber dari dana murni yayasan seninilai Rp 6,5 miliar.
“Jumlah beasiswa yang menggunakan dana murni Yayasan Widya Dharna Shanti untuk mahasiswa miskin senilai Rp 6,5 miliar, dimana 75 persen diterima oleh putra putri Bali, sedangkan sisanya mahasiswa asal luar Bali yang datang dari seluruh Indonesia,” pungkas Dadang Hermawan.
Malam puncak Dies Natalis XV STIKOM Bali tampak makin meriah ketika berbagai unit kegiatan mahasiswa (UKM) menunjukkan kebolehannya di atas panggung. Diantaranya, DOS, VOS, Tabuh, SBMC, Teatre Biner. Tak kalah menarik adalah ucapan Selamat Dies Natalis XV dari puncak Gunung Semeru oleh Mapala Kompas STIKOM Bali. (*)