Jimbaran-Senat Mahasiswa STIKOM Bali suskes menggelar talkshow bertema “Find Your Passion” dengan menghadirkan dua narasumebr kondang yakni Ernest Prakasa dan dr. I Made Windu Segara Senet, Ked, bertempat di Amphitheater GWK Culture Park, Jimbaran pada Sabtu 12 November 2016. Talkshow yang dipandu oleh Anak Agung Mia, seorang presenter Bali TV ini ditonton lebih dari 300 mahasiswa dan undangan. Termasuk, perwakilan PK 3 STIKOM Bali Dandy Pramana Hostiadi, S.Kom., MT perwakilan dari Pusat Jaminan Mutu I Wayan Gede Narayana, S.Kom., M.Kom. Ketua Panitia Talkshow I Gede Yogiswara menjelaskan, acara ini diawali dengan penampilan Selaras Band guna menghibur penonton sambil menunggu kedatangan kedua narasumber tersebut. Disebutkan, tujuan talkshow ini untuk memotivasi para mahasiswa guna mencari jati dirinya, bila perlu berani mengambil keputusan keluar dari zona aman.
“Kalau kita tidak berani mengambil keputusan untuk memulai sesuatu yang baru, selamanya kita tidak pernah tahu apa masalahnya.” kata dr. Windu Segara, membuka acara talkshow ini. Menurut dr. Windu, kunci sukses seseorang dalam hidupnya, bukan terletak pada tingkat pendidikan yang diraihnya melainkan terletak pada kemauan untuk bekerja. nest Prakasa.bnn/rahman sabon nama. Disebutkan, pada dasarnya kecenderungan seseorang menggapai pendidikan setinggi-tingginya bertujuan kelak mendapatkan penghasilan yang tinggi pula. ‘Tetapi kalau Anda merasa untuk makan saja gaji itu tidak cukup, jangan paksakan tetap di situ, Anda harus berani keluar dari situ. Kita ini punya waktu yang sama, 24 jam, kenapa ada orang yang bisa berhasil tetapi ada yang tidak, mengapa ada yang punya penghasilan banyak, ada yang sedikit. Kuncinya ada pada kemauan bekerja, ulet dan jujur,” bebernya. Dr. Windu mengisahkan, setelah tamat dari Fakultas Kedokteran tahun 2012, dia diterima kerja di sebuah rumah sakit pemerintah di Bali dan menandatangani kontrak kerja dengan upah Rp 1.250.000 per bulan, yang diterima tiga bulan sekali atau total tiga bulan diterima upah Rp 3.750.000. “Lalu tiap bulan siapa yang kasih saya makan? Rasanya pingin berontak saat itu. Kuliah mahal-mahal cuma digaji segitu. Sementara seorang tukang bakso di pinggir jalan, yang tak punya modal, tak punya rumah, tak ada tempat jualan, tak berpendidikan, bisa punya penghasilan Rp 6 juta per bulan. Pak haji yang hanya menyewakan gerobak bakso bisa punya penghasilan Rp 20 juta per bulan,” lanjutnya. Dari situlah Windu memutuskan keluar dari dokter lalu membuka warung kopi. Pilihannya tidak keliru, kini Windu memiliki empat oulet warung kopi dengan branding Mangsi. “Omzet keempat warung itu tiap bulan rata-rata Rp 500 juta,” sebutnya.
Kisah hidup Ernest Prakasa juga mirip Dr. Windu. Sebelumnya dikenal menjadi artis seperti sekarang ini, sejatinya Ernest adalah seorang penyiar radio selama lima tahun dan enam tahun menajdi karyawan Sony Music. “Suatu hari saya milihat iklan di Kompas TV, ada stand up comedy. Saya bertanya-tanya, kok bisa ada lomba stand up comedy, gimana caranya? Soalnya ini sesuatu yang baru di sini,” kata Ernest mengisahkan awal keikutsertaannya dalam SUCI pertama itu. Iseng-iseng Ernest mendaftar dan setelah audisi, dia dinyatakan lolos dan diwajibkan mengikuti karantina. “Wah berat nih, pilihannya harus meninggalkan kantor dengan resiko dipecat atau risain baik-baik. Akhirnya saya pilih harus risain. Saya sama istri mulai buka tabungan, berdua kami hitung-hitung kalau gak dapat juara, ya nganggur, masih ada tabungan cukup untuk hidup dua bulan ke depan sambil cari kerja. Untung bisa masuk final dan menjadi juara 3,” kata Ernest sambil tertawa.
“Ini fakta, tuh tanya istriku yang di pojok sana,” lanjutnya sambil menunjuk istrinya. Menjawab pertanyaan mahasiswa mengenai kesibukan di berbagai bidang seperti komikus, penulis, sutradara, artis dan motivator, sehingga terkesan memiliki banyak passion, Ernest menegaskan semua kegiatanya pasti tak jauh-jauh dari unsur komedi. “Karena itu saya percaya betul, passion saya ada pada komedi,” tegasnya. Tetapi Ernest buru – buru menambahkan, sukses yang diraihnya butuh keuletan dan kerja keras dan terus berinovasi. “Banyak orang merasa sudah juara, tidak mencoba hal baru lagi akhirnya digilas orang, sampai sekarang gak kedengaran lagi,” cetusnya. Di akhir acara Ernest didaulat untuk tampil layaknya pentas stand up comedy. Sekitar 15 menit Ernest mampu mengocok perut ratusan mahsiswa STIKOM Bali dan perguruan tingi lain di Bali. Menariknya meski acara sudah selesai, ratusan mahasiswa itu tetap belum beranjak dari tempat duduknya. Mereka masih tetap terskesima dengan Dr. Windu Segara dan tentu saja Ernest Prakasa. “Pulaaanng…, acara sudah selesai,” teriak Ernest membuat para mahasiswa terbahak-bahak sambil memberi aplaus kepadanya. (*)