Denpasar – Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) STIKOM Bali saat ini di usia yang ke-18 tahun sudah diakui oleh berbagai kalangan, baik instansi negeri maupun swasta. Hal tersebut ditunjukkan dari berbagai indikator, diantaranya saat ini tercatat tidak kurang 5.500 mahasiswa, di luar calon mahasiswa baru, yang sudah registrasi hingga Sabtu, 08 Agustus 2020 sebanyak 990 orang.
Selain itu jumlah alumni hingga wisuda ke-26 walaupun masih tertunda, sebanyak 6.708 dan tersebar di semua instansi pemerintah, BUMN dan swasta, bahkan sebagian alumni terjun sebagai pengusaha. Disamping itu, ditengah pandemi Covid-19, untuk pembelajaran tatap muka dalam ringan (daring) menggunakan microsoft teams yang tidak terbatas. Sehingga dapat digunakan oleh beberapa dosen secara bersamaan di beberapa kelas dan tidak bayar lagi.
Selanjutnya, indikator lainnya adalah menyangkut mutu. Demi menjaga kualitas penjaminan mutu di ITB STIKOM Bali, sejak 14 tahun lalu sudah menggunakan sistem penjamiman mutu internal yang sudah tersertifikasi secara internasional melalui ISO 90001-2000, yang kemudian diperbaharui dengan ISO 9001-2008 dan saat ini dengan ISO 90001-2015.
Demikian dipaparkan Rektor ITB STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan pada hari peringatan ITB STIKOM Bali memasuki usia ke-18 tahun, Senin (10/8) yang dirayakan secara sederhana di Aula Kampus setempat dengan tetap mengikuti protokol kesehatan.
Lebih lanjut dia menyampaikan, Dies Natalis ke-18 kali ini bertema 18 Tahun Kerja Kita, Kolaborasi Anak Bangsa Untuk Negeri diadakan ditengah pandemi Covid-19 sangat terbatas, dihadiri hanya oleh kalangan pejabat struktural ITB STIKOM Bali dan pimpinan STIKOM Bali Group.
Meski demikian pihak panitia telah menyediakan siaran langsung melalui channel khusus Stikomers TV yang bisa diakses dari seluruh dunia. Terbukti sekitar 500 karyawan dan mahasiswa ITB STIKOM Bali terlihat menyaksikan acara ini secara live. “Tema ini menggambarkan perjalanan ITB STIKOM Bali sejak berdiri pada 10 Agustus 2002,” ucapnya.
Dikatakannya, terkait penjaminan mutu ini adalah setiap semester melakukan survei kepuasan kepada mahasiswa, alumni, orangtua, dunia usaha, dosen dan tenaga kependidikan. “Hasil survei tingkat kepuasan mahasiswa menunjukkan hasil 74,59 persen, atau meningkat dari tingkat kepuasan mahasiswa sebelumnya yakni 73,36 persen,” terang Dadang.
Saat ini sekitar 10 dosen sudah menyelesaikan program doktor, dan 12 dosen lagi sedang menempuh pendidikan doktoral di dalam dan luar negeri. Guna membantu mahasiswa yang secara ekonomi kurang beruntung, selama 7 tahun terakhir ITB STIKOM Bali telah mengeluarkan beasiswa sejumlah Rp 6,5 miliar kepada 635 orang mahasiswa yang kurang mampu. Diantaranya, 95 persen diterima oleh warga Bali yang berasal dari 9 kabupten/kota se-Bali dan sisanya 5 persen untuk mahasiswa luar Bali.
Sejak pandemi Covid-19 pada Maret 2020, ITB STIKOM Bali menerapkan perkuliahan tatap muka secara daring. Bahkan saat ini untuk kuliah kelas percepatan, juga menggunakan daring dan diikuti 103 mahasiswa, baik yang ada di Indonesia seperti di Bali, Jawa, Maumere, Timor maupun di luar negeri yakni di Jepang.
Pada kesempatan ini, Pembina Yayasan Widya Dharma Shanti (WDS) Prof. I Made Bandem mengatakan, semua prestasi yang dipaparkan tersebut karena ITB STIKOM Bali yang pertama memulai pembelajaran secara daring. “Karena kita lah yang memiliki kekuatan di bidang IT. Sementara kampus-kampus lain baru memulainya,” katanya.
Pihaknya juga mengapresiasi pembukaan program studi (Prodi) baru yakni Prodi Bisnis Bisnis di ITB STIKOM Bali dan sudah mendapat akreditasi dari Kementerian Pendidikan dan kebudayaan RI sejak Januari 2020 lalu. Disebutkan, di era sekarang ini dan ke depannya, Prodi Bisnis Digital dengan konsentrasi Bisnis Kuliner, Bisnis Perpajakan, Bisnis Seni Pertunjukan dan Binsis Marketing, akan sangat dibutuhkan dunia usaha.
“Khusus untuk konsentrasi Bisnis Seni Pertunjukkan lahir karena dewasa ini ada perubahan paradigma di bidang seni, yakni yang semula art to art atau seni untuk seni tetapi kini berkembang menjadi seni untuk pasar atau art to market, malah berkembang lagi menjadi seni untuk stakeholder,” terang Prof. Made Bandem.