Denpasar – STIKOM Bali sebagai perguruan tinggi di bidang ICT, identik dengan teknologi dan segala kreatifitas di bidang tekologi informasi. Namun tidak hanya soal kreatifitas di bidang ICT saja, namun STIKOM Bali juga sangat concern dalam bidang seni dan budaya Bali. Setelah sebelumnya STIKOM Bali selalu berkontribusi besar dalam pelestarian seni dan budaya Bali melalui aplikasi – aplikasi teknologi yang berbasiskan seni dan budaya Bali, kali ini STIKOM Bali telah berhasil melakukan repatriasi atau pemulangan kembali rekaman bersejarah dari seni dan budaya Bali di era tahun 1928, yang mana sebelumnya rekaman dan arsip bersejarah ini tidak pernah diketahui oleh seluruh masyarakat Bali. Pemutaran rekaman bersejarah Bali 1928 oleh STIKOM Bali pun menyedot perhatian para akademisi dan pelaku seni Bali.
Sebagai rangkaian roadshow dari project repatriasi Bali 1928 tersebut, STIKOM Bali diundang oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar untuk melakukan pemutaran rekaman bersejarah Bali 1928 serta memaparkan tentang project repatriasi yang telah berhasil diselesaikan oleh STIKOM Bali. Bertempat di lantai 2 gedung pascasarjana Citta Kelangen Kampus ISI Denpasar 21 April 2016 yang lalu, acara yang menghadirkan narasumber dari STIKOM Bali yaitu Prof. Dr. I Made Bandem, M.A dan juga Dr. Edward Herbst dari City University of New York selaku peneliti utama ini berlangsung semarak dan interaktif. Acara dihadiri tidak kurang dari 200 peserta yang terdiri dari mahasiswa ISI Denpasar, para Dosen serta pejabat struktural di lingkungan ISI Denpasar. Acara ini juga dihadiri oleh Rektor ISI Denpasar, Dr. I Gede Arya Sugiartha S.Skar., Mhum yang sekaligus membuka secara resmi pemutaran dan diskusi Bali 1928 tersebut. Dalam sambutannya, Dr. I Gede Arya Sugiartha S.Skar., Mhum mengatakan sangat gembira dan mengapresiasi STIKOM Bali yang telah berhasil memulangkan kembali warisan bersejarah berupa rekaman dan foto – foto seni dan budaya Bali di era tahun 1928. “saya menyambut baik dan sangat gembira atas usaha tim dari STIKOM Bali untuk memulangkan kembali rekaman bersejarah yang tentunya sangat bermanfaat bagi masyarakat Bali dan juga bagi seluruh civitas ISI Denpasar” pungkasnya. Rektor ISI Denpasar juga mengatakan bahwa kedepannya perlu diadakan kerjasama yang lebih komprehensif antara ISI Denpasar dan juga STIKOM Bali yang berkaitan dengan digitalisasi objek-objek seni dan budaya Bali. “STIKOM Bali memiliki teknologinya, dan ISI memiliki objeknya, jadi kerjasama kita akan sangat baik dalam rangka pelestarian seni dan budaya Bali”, tambahnya.
Sementara itu ketua STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan dalam sambutannya menjelaskan bahwa STIKOM Bali memang sudah sering mengaplikasikan teknologi untuk pelestarian seni dan budaya Bali, misalnya melalui aplikasi-aplikasi karya para mahasiswa dan dosen STKOM Bali yang sangat banyak mengambil tema digitalisasi objek – objek seni dan budaya Bali.
Hadir juga sebagai narasumber Prof. Dr. I Made Bandem, M.A yang merupakan maestro seni dan budaya Bali yang juga sekaligus sebagai pembina Yayasan Widya Dharma Shanti yang menaungi STIKOM Bali. Prof. Bandem memberikan gambaran bagaimana sulitnya proses repatriasi tersebut, dimana sangat banyak kendala – kendala dan halangan selama project pemulangan kembali itu dilaksanakan. Hal senada juga diungkapkan oleh Made Marlowe Bandem, B.Bus yang merupakan koordinator project repatriasi Bali 1928 yang juga menjadi moderator dalam acara diskusi dan pemutaran Bali 1928 tersebut. Marlowe Bandem mengungkapkan kisahnya selama project tersebut dilaksanakan, “project ini tidak dilakukan dengan mudah, ada banyak sekali rintangan yang harus dihadapi, termasuk proses birokrasi dalam memulangkan potongan-potongan dari piringan hitam yang tersebar di berbagai negara. Namun dengan komitmen yang tinggi untuk kembali memulangkan warisan bersejarah Bali 1928, maka segala usaha dilakukan dan akhirnya STIKOM Bali dan para peneliti dalam project ini berhasil menyelesaikannya” pungkasnya.
Saat acara pemutaran film bersejarah Bali 1928, peneliti utama Dr. Edward Herbst memandu para audiens dengan menjelaskan secara lisan apa yang ditampilkan dalam film tersebut. Dalam acara itu juga diserahkan dari STIKOM Bali sebanyak 5 keping DVD yang berisi film – film Bali kuno di era 1928 kepada pihak ISI Denpasar. (dpa)