Denpasar – Tim OASIS dari Unit Kegiatan Mahasiswa Robotic and Embeded System (UKM RADE) ITB STIKOM Bali mencatat prestasi cukup membanggakan dalam ajang Kontes Robot SAR Indonesia (KRSRI). Tim OASIS ITB STIKOM Bali yang terdiri dari Dewa Gede Agung Herry Cahya Dinata (Herry), I Putu Rionatan Samuel Pilipus (Rio), I Gusti Ngurah Putu Arya Wijaya, dan I Gusti Ngurah Aryanatha Baskara Ari Wijaya Putra sebagai ketua tim mempu mengungguli tim robot dari kampus-kampus beken di Pulau Jawa seperti UGM Jogjakarta, Universitas Atmajaya Jogjakarta, Universitas Kristen Petra Surabaya, dan Institut Teknologi Telkom Surabaya.
KRSRI merupakan transformasi dari Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI). KRSRI menekankan pada misi pencarian dan penyelamatan bencana yang umum terjadi di Indonesia. KRSRI 2021 mengadopsi robot berkaki yang digunakan pada KRPAI. Dalam kategori ini, empat mahasiswa ITB STIKOM Bali itu membuat robot hexabot, berbentuk seperti laba-laba, yang berfungsi untuk memadamkan api dan sanggup mencari korban dari sebuah kebakaran. Karena bertugas untuk memadamkan api dan mencari korban, maka robot ini diberi tantangan dengan tingkat kesulitan tertentu.
Herry dan Rio menjelaskan, cara kerja robot hexabot ini bergerak otomatis untuk memadamkan api dan mencari korban karena robot ini diberikan fungsi dengan micro controller untuk melewati rintangan yang ada guna menemukan dan menyelamatkan korban. Untuk mendeteksi adanya korban kebakaran, robot ini dilengkapi juga dengan sensor berwarna dan alat penjepit (capit) yang berfungsi untuk menyelamatkan (mengangakat) korban.
“Sedangkan untuk memadamkan api (dalam prototype ini menggunkana lilin) robot akan menyemprotkan air ke arah api (lilin) yang sedang menyala agar padam. Setelah menyelamatkan korban dan memadamkan api, robot tersebut akan otomatis kembali ke home base,” terang Herry dan Rio di kampus ITB STIKOM Bali, Renon, Denpasar, Jumat (01/0/2021).
Mereka mengaku untuk mengikuti perlombaan ini menghabiskan dana sekitar Rp.15.000.000. Rinciannya, pembuatan prototype arena menghabiskan dana sekitar Rp 5.000.000, material robot menghabiskan dana Rp 5.000.000, dan alat – alat pendukung lainnya menghasilkan dana Rp. 5.000.000
“Butuh waktu 5 bulan untuk membuat protype robot ini. Semua dikerjakan sendiri, bahkan kami sampai begadang berbulan-bulan, lupa makan dan mandi,” kata Rio dan Herry sambil tertawa.
Meski gagal menempati peringkat terbaik tetapi mereka cukup puas dengan apa yang diraihnya. “Masalahnya, dari 41 perguruan tinggi yang mengikuti lomba kategori ini, di dalamnya ada UGM Jogjakarta, Universitas Katolik Atmajaya Jogjakarta, Universitas Kristen Petra Surabaya, Institut Teknologi Telkom Surabaya yang dikenal sebagai kampus beken di Jawa, posisi mereka jauh dibwa kami,” sebut Krisnayasa, Ketua UKM Rade.
“Hasil yang kami raih ini cukup puas. Hasil ini menjadi pemicu semangat kami khususnya UKM RADE ITB STIKOM Bali agar ke depan mampu berprestasi yang lebih bagus lagi pada event-event tahun depan untuk mengharumkan nama ITB STIKOM Bali di kancah nasional,” sebuat Herry dan Rio.
Kontes Robot Indonesia (KRI) adalah kegiatan kompetisi rancang bangun dan rekayasa dalam bidang robotika yang diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia. KRI 2021 ini memasuki tahun ke-19 sejak pertama kali diadakan pada tahun 2003. Wabah pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia, mengubah cara hidup dan berkegiatan seluruh umat manusia saat ini. Hal ini mengakibatkan pada tahun 2020 yang lalu, kegiatan KRI 2020 berubah bentuk dari kegiatan kontes luring (luar jaringan/ offline) menjadi kontes daring (dalam jaringan/ online).
KRI 2021 terdiri dari enam divisi, yaitu Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI), Kontes Robot SAR Indonesia (KRSRI) – dahulu adalah divisi KRPAI, Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) Beroda, Kontes Robot Sepak Bola Indonesia(KRSBI) Humanoid; Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI), dan Kontes Robot Tematik Indonesia (KRTMI). (rls)