DENPASAR – Kiprah STMIK STIKOM Bali selama ini sudah menggema hingga ke Australia dan menjadi perhatian para rektor perguruan tinggi swasta di negeri kanguru.
Kamis (23/4/2015), sedikitnya 14 rektor perguruan tinggi swasta yang tergabung dalam Dewan Pendidikan dan Pelatihan Australia atau Australian Council of Private Education and Training (APCET) mengunjungi STIKOM Bali guna melihat dari dekat perkembangan STIKOM Bali. Wakil Ketua Yayasan Widya Dharma Santhi yang menaungi STIKOM Bali, I Made Marlowe Bandem, B. Bus dihadapan tamunya itu menjelaskan, kedatangan 14 rektor dari Australia ini untuk mendengar langsung mengenai Bali Corss Culture Program (BCCP) yang dikembangkan STIKOM Bali sejak tahun 2010. Melalui BCCP ini, STMIK STIKOM Bali menerima mahasiswa asing yang ingin belajar tentang mata kuliah techno and culture yang merupakan kolaborasi antara seni budaya Bali dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). “Kami ingin memperlihatkan kepada Australia bahwa mereka datang ke Bali tidak hanya untuk pariwisata melainkan mereka juga bisa datang untuk belajar TIK dan seni budaya Bali,” kata Marlowe Bandem. “Sudah banyak karya ilmiah mahasiswa yang mengawinkan seni budaya Bali dengan ICT. Misalnya, belajar aksara Bali melalui komputer, juga ada skripsi tentang belajar tari Bali melalui android, dan lain-lain,” beber Marlowe Bandem.
Sementara itu Direktur Kerja Sama dan Pengembangan STIKOM Bali Group I Made Sarjana, SE., MM menambahkan, ada keharusan di perguruan tinggi Eropa dan Australia bahwa mahasiswanya harus pernah belajar di luar negeri sebelum menamatkan pendidikan di universitasnya. “Tiap tahun ada 2 juta mahasiswa asing yang belajar ke luar negeri. Nah kami ingin menjalin kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi diseluruh dunia termasuk dengan perguruan tinggi di Australia agar mengirim mahasiswanya untuk belajar di STIKOM Bali. Mereka tinggal selama 21 hari sampai 3 bulan untuk belajar techno and culture. Selain belajar di kampus, mereka juga berinteraksi langsung dengan masyarakat Bali,” terang Made Sarjana. Mendapat penjelasan tersebut, para rektor dari Australia itu tampak antusias dan mereka berjanji akan mengirim mahasiswanya untuk belajar ke STIKOM Bali. “Diharapkan dalam semester ini, kerja sama dengan APCET sudah direalisasikan,” pungkas Sarjana.
Setelah mendapat penjelasan dari Marlowe Bandem dan Made Sarjana, rombongan dari perguruan tinggi Australia itu kemudian diajak melihat laboratorium seni dan budaya STIKOM Bali. Mereka makin tertarik karena saat itu mahasiswa sedang latihan tari Bali. Mereka kemudian didaulat utntuk belajar tari Bali, sebagian lagi belajar memukul gamelan. Karen Nicholas dan D. Alex dua orang dari romobongan rektor Australia ini mengaku senang berkunkung ke STIKOM Bali.” Ini sangat berbeda dengan kunjungan kami di Jakarta, sebelum ke Bali. Kami akan segera merealisasikan kerja sama ini,” kata D. Alex. Hal yang sama juga dikatakan Karena Nicholas. “Kami tidak menyangka, mahasiswa ICT tapi memiliki kemampuan tentang seni dan budaya Bali, ini suatu hal yang bagus. Kami senang bisa kerja sama dengan STIKOM Bali soal ini,” kata Karen Nicholas.